PAPAN BIMBINGAN ONLINE SMP NEGERI 1 SUMBER


Papan Bimbingan Online SMP Negeri 1 Sumber merupakan Layanan Bimbingan dan Konseling yang memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

MEMAHAMI MASA REMAJA


                
Masa remaja sering didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.  Secara umum para ahli berpendapat masa remaja dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas (12-14 tahun): peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal        
     pubertas. Ciri-cirinya:
  -tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi;
  -mulai bersikap kritis;
  -menjadi akil baliq
              -mulai timbul rasa malu terhadap lawan jenis;
              -keinginan untuk berkumpul dengan teman sangat kuat
b. Masa Pubertas (usia 14-16 tahun): masa remaja awal. Ciri-cirinya:
              -mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
               -memperhatikan penampilan
               -sikapnya tidak menentu/plin-plan
               -suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib (kelanjutan masa prapuber)
c. Masa Post Pubertas usia (17-18 tahun): yakni peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen.    
    Cirinya:
              -pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai                     
               Sepenuhnya;
              - proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
 Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
 -perhatiannya tertuju pada hal-hal realistis;
 -mulai menyadari akan realitas;
 -sikapnya mulai jelas tentang hidup ;
 -mulai nampak bakat dan minatnya
            Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Di bawah ini penjelasan periode masa remaja.
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas (12-14 tahun): peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal        
     pubertas
 Ciri-cirinya:
Tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi.
 Masa ini juga sering disebut sebagai masa peralihan. Pada masa ini seseorang sudah tak mau lagi disebut anak-anak lagi, Sifat anak-anak sudah mulai ditinggalkan. Ia merasa lebih mampu  dan ingin berusaha melepaskan diri dari dominasi kekuasaan/ campurtangan orang tua/ dewasa. Mulai mengurangi ketergantungan kepada orang tua dalam mengelola diri.
Ketika masih anak-anak, mandi masih minta dimandikan, makan masih minta disuapi,       tidur masih minta ditemani orang tua, sekarang sudah tidak lagi , sudah mau mandi sendiri, makan sendiri, tidur sendiri, menyiapkan keprluan sekolahnya sendiri.
Mulai bersikap kritis
Perasaan bahwa saya bukan anak kecil lagi juga menumbuhkan sikap kritis kepada siapapun,  terutama kepada orang tua. Sikap ‘Aku’nya mulai muncul, perasaan bahwa ‘saya lebih hebat dari sebelumnya’dari sebelumnya, mulai mulai menampakkan diri, Jika di masa kanak-kanak ia selalu patuh dan menurut apa kata orang tua,  maka pada masa ini ia sudah mulai kritis. Sesuatu hal yang dianggapnya berbeda dari yang seharusnya benar, bisa  dikritik,disanggah atau bahkan ditolaknya. Tidak jarang membantah orang tua karena tak sesuai dengan nilai yang dianggapnya benar,walau jelas itu menurut adat ketimuran dianggap tidak sopan.
Di masa pra pubertas ini perhatian subyektif yang besar mulai timbul. Pada masa ini ego muncul ,bahkan sangat sering intensitasnya begitu tinggi, sampai sampai mereka sama sekali tak ingin ada campur tangan dari orang tua atau oprang dewasa lainnya..Bahkan tak segan-segan melakukan perlawanan. Orang jawa mengatakan ‘urung duwe duga”(belum  tahu tata sopan santun).
Dimasa prapuber inilah kemungkinan  bibit-bibit miskomunikasi( kesalahan dalam komunikasi)   dengan orang tua dan orang dewasa mulai muncul. Ini diakibatkan oleh tata nilai dan cara pandang yang berbeda antara remaja dengan orang dewasa. Yang patut diwaspadai baik remaja maupun  orang tua adalah jika miskomunikasi itu tak berhasil diatasi maka dampaknya akan sangat tidak baik bagi remaja bersangkutan , karena boleh jadi ia akan mencari pemecahan di luar rumah lewatteman sekelompoknya yangh senasib sepandangan yang mungkin .  
Menjadi akhil baliq  
            Seseorang di masa ini biasanya  masuk masa akhil baliq. Ini ditandai dengan menstruasi untuk perempuan dan mimpi basah untuk laki-laki . Dan untuk sebagian kalangan laki-laki dikhitankan pada masa-masa ini sebagai tanda memperkuat masa akhil baliqnya , walau untuk sebagian kalangan khitan bukan dijadikan acuan karena dilakukan tatkala seorang anak masih kecil .
            Perasaan menjadi akhil balik ini juga memerlukan adaptasi tersendiri lantaran perubahan fungsi hormonal sebagai konsekwensi logis pertumbuhannya. Untuk itu informasi yang memadai amat perlu didaptan oleh remaja fase ini agar bisa beradaptasi secara positif dan berkembang secara optimal . Peran orang tua, guru dan orang deweasa lainnya amat membantu agar si remaja tak salah arah dalam menanggapi datangnya masa akhil balik ini .
Mulai timbul rasa malu terhadap lawan jenis
Salah satu ujud aspek emosi yang mulai tumbuh pada fase ini adalah munculnya rasa malu terhadap lawan jenis. Laki-laki malu pada perempuan demikian sebaliknya. Hal ini mudah diamati di sekolah , jika di SD anak laki-laki didudukkan dengan  anak perempuan tidak ada masalah, namun begitu di kelas satu atau dua SMP maka sudah mulai ada masalah karena  sudah tumbuh rasa malu. Sehingga kalau mereka berkumpul berkelompok maka kelompoknya teman satu jenis kelamin laki-laki dengan kelompok laki-laki, perempuan dengan kelompok perempuan .
Keinginan untuk berkumpul dengan teman sangat kuat
            Seiring dengan keinginannya untuk tak lagi dianggap anak-anak dan tumbuhnya daya ktisis, mulai munculnya rasa malu terhadap lawan jenis,   maka muncullah rasa sosial yang tinggi ,ditandai dengan keinginannya yang kuat untuk selalu berada di tengah-tengah kelompok teman sebayanya. Itu sebabnya mulai masa ini  seseorang sudah mulai senang  berada di luar rumah berkumpul dengan teman-temannya. Ada perasaan “eksis” (keberadaannya diakui) jika berada di tengah teman-temannya. Sebagai bentuknya muncullah ‘klik’ yakni kelompok kecil atau yang walau masih belum kuat ikatan batinnya namun sudah  bisa menjadi tempat yang ‘nyaman’ bagi seseorang untuk berada di dalamnya . Jika melakukan aktivitas bersama berani melakukan  sesuatu ayang jika sendirian  tak mungkin berani melakukannya.    
b. Masa Pubertas (usia 14-16 tahun): masa remaja awal.
Cirinya:
Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
Perubahan fisik sebagai hasil dari proses pertumbuhan pada fase ini rentan menimbulkan rasa kecemasan dan kebingungan. Pertumbuhan ini terjadi pada laki-laki dan perempuan ,perubahan pada ukuran dan proporsi tubuh.
 Cemas karena dengan bentuk dan ukuran tubuh yang bertambah menjadikan penampilan tubuh lain dari sebelumnya, sehingga muncul kecanggungan dalam bersikap dan bertindak, muncul rasa cemas jangan-jangan  sikap dan tindakannya tak bisa diterima oleh orang lain. Bingung karena diri sendiri belum memiliki standar norma yang bisa dipegang sehubungan dengan perubahan fisiknya  yang sudah bukan lagi anak-anak tetapi juga belum menjadi orang dewasa. Bingung disebut anak- anak tak mau karena memang fisiknya sudah bukan anak-anak, tetapi disebut dewasa belum mampu karena memang masih baru saja meninggalkan masa anak-anak  dengan bentuk fisik yang memang belum matang .
Memperhatikan penampilan
            Bertambahnya porsi dan ukuran tubuh  dan berkembangnya nilai yang diterima,  merangsang anak untuk  mulai memperhatikan penamplan. Ini ditandai dengan sangat seringnya  mengaca diri di depan cermin, merias diri dan mematut diri dengan berbagai asesori dan model pakaian yang dianggapnya sesuai dengan dirinya.
            Tak ayal pada fase ini faktor ‘idola’ akan mempengaruhi penampilan. Seseorang yang sudah mengidolakan ‘tokoh’ maka ia akan berusaha untuk menirukan penampilan si tokoh idola, dari mulai cara berpakaian, cara bersikap, cara bicara, bahkan sampai cara berjalan, cara duduk seta ungkapan-ungkapan khasnya. Beruntunglah jika sang idola adalah tokoh yang baik, jika yang diidolakan  itu tokoh jahat maka tentu tak menguntungkan.
Sikapnya tidak menentu/plin-plan
            Belum teguhnya pendirian seseorang pada masa ini menjadikan sering bersikap plin plan , tidak menentu, belum istiqomah dalam bersikap. Hari ini begini mungkin besuk begitu. Sikapnya begitu mudah berubah. Hal ini wajar terjadi karena memang sedang dalam mencari jati diri, mencari yang diyakini pas bagi dirinya. Proses ini terus akan berlangsung sampai remaja akhir, dengan terus menerus  mengadopsi dari sana sini, idola sana sini yang terus berproses. Hal Ini sangat gampang terlihat pada pelaksanaan ibadah. Bagi yang beragama islam misalnya amat sedikit remaja fase ini yang bisa istiqomah solat lima waktu tepat waktu. Yang sering  terjadi sholatnya ‘bolong-bolong’,(kecuali yang di pondok pesantren).  Padahal jelas-jelas sholat itu rukun agama Islam  yang kedua yang harus dijalankannya , tidfak boleh tidak.  Maka remaja yang menyadari betrul akan pentingnya sholat akan berusaha untuk istiqomah, sementara yang tak menyadari ,karena sikapnya yang masih plinplan ,terjadilah ‘bolong-bolong’ dalam sholatnya.
Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
             Kegemaran bermain kelompok dengan teman sebaya merupakan kelanjutan gejala yang terjadi pada masa pra pubertas, bahkan intensitasnya lebih tinggi . Bentuknya bisa meningkat fdalam  bentuk kelompok positif bisa negative . Yang positif misalnya kelompompok pengajian , khataman Al Qur’an, klub futsal, klub sepakbola, klub  penelitian ilmiah, musik dan sebagainya . Kelompok negative seperti geng  balapan liar , geng minuman keras  dan semacamnya. Remaja yang merasa senasib  kemudian membentuk kelompok teman sebaya  kemudian melakukan kegiatan yang menjadi identitas kelompok.
Kegemaran bermain kelompok dengan teman sebaya ini juga memerlukan kewaspadaan ekstra baik remaja maupun orang tua, guru dan orang dewasa. Jika  kelompok ini bersifat positif tentu amat menguntungkan bagi yang bersangkutan, tetapi jika kelompok ini bersifat negatif, nilai-nilai yang dikembangkan di kelompok ini destruktif (merusak) tentu amat berbahaya bagi perkembanganm dan  keselamatan jiwa yang bersangkutan.
            Terlebih lagi dengan begitu leluasanya media elektronik macam internet lewat twetter, face book, atau jenis permainan macam game on line yang itu bisa dilakukan berkelompok maka kalau sampai nilai negatif seperti bertaruh, judi atau hal –hal yang tak senonoh, dilakukan maka akan sangat buruk dampaknya bagi remaja di masa ini .
            Itu sebabnya seseorang di masa pubertsas ini perlu selektif memilih teman, mampu mengendalikan diri. Teman memang sangat perlu tetapi tidak boleh sampai harus  mengorbankan nilai-nilai kebaikan. Berteman memang perlu agar jiwa sosial bisa berkembang, Untuk itulah  perlu mendengar nasihat orang tua ketika  berteman, sebab bagimanapun  setiap orang tua pasti menginginkan anaknya berhasil dalam hidupnya, tak satupun yang ingin gagal. Jika orang tua memberi  arahan, nasehat, itu tentu telah berdasarkan pengalaman hidupnya selama ini yang diyakininya akan bermanfaat bagi anaknya. Walau mungkin ada perbedaan zaman tetapi orang tua punya sifat bijaksana, yang tak mungkin menjerumuskan anaknya menuju kesengsaraan.
Jangan sampai karena bergaul dengan teman, masa depan menjadi hancur, hubungan dengan orang tua menjadi berantakan bahkan keselamatan jiwa terancam. Maka kata kuncinya  sangat perlu berhati-hati dalam memilih teman, utamanya di luar sekolah, karena jika salah memilih teman maka hidup bisa berantakan.
c.Post Pubertas usia (17-18 tahun): yakni peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen.    
 Cirinya:
-Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai      sepenuhnya, perempuan lebih dulu matang dari laki-laki
Masa ini ditandai dengan semakin matangnya pertumbuhan fisik , terutama pada perempuan Memang secara umum  perempuan mengalami kematangan fungsi phisik dan psikis lebih dahulu dibandingkan dengan laki-laki. Pada usia 17 tahun tulang-tulang perempuan  telah lebih matang dari ukuran dan bentuk .
Secara umum wanita bentuk fisiknya mengalami pertumbuhan “Segitiga” artinya bentuk fisiknya membesar di bagian bawah , pinggulnya besar. Ini berkaitan dengan fingsi phisik perempuan yang punya tugas mengandung dan melahirkan .
Berbeda dengan  laki-laki, , bentuk  lekuk tubuhnya “Segitiga terbalik “ artinya pinggulnya tak begitu berkembang sementara pinggang dan pundak serta dadanya mekar , kesannya menjadi ‘macho’, tegap ,dada bidang.
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa akhir remaja.
Ciri-cirinya:
-perhatiannya tertuju pada hal-hal realistis
            Sesuatu yang nyata menjadi tujuan  utama pada masa ini . Semuanya dikaitkan dengan realitas / kenyataan . Inilah saat-saat dimana remaja sudah mulai masuk masa peralihan menuju dewasa. Perubahan pisik dan psikologisnya berjalan lebih lambat bila dibandingkan dengan remaja awal. Pada masa ini seseorang sudah dikatakan sebagai pemuda-pemudi (youth, young men, young women). Ini menuntuk pola berpikir rasional, realistis, sehingga apapun yang dilakukan tak luput dari perhitungan rasional dan realistis, soal hasilnya sesauai atau tidak dengan harapan itu urusan nanti , tetapi mproses berfikir ,bersikap dan bertindak rasional,dan realistis sudah dilakukannya. Ia mulai menggunakan akal dan rasionya untuk memperhitungkan bakat,minat, potensi dan daya dukung yang dipunyai dalam menghadapi persoalan  atau memecahkan  problema.
-sikapnya mulai jelas tentang hidup
            Masa remaja akhir biasanya bertepatan dengan usia seseorang sudah belajar di perguruan tinggi. Nah saat itulah sikapnya terhadap hidup mulai jelas. Cita-citanya sudah ditetapkan ,disesuaikan dengan potensi, kondisi yang dimiliki ujud riilnya disesuaikan dengan jurusan yang diambil di perguruan tinggi ( jika ia kuliah ). Jika ia bekerja maka sudah mulai menetapkan pekerjaan yang biosa dijadikan penopang hidup, langkahnya sudah realistis.
            Tidak ayal jika pada masa adolesense ini seseorang sudah mulai berani mencoba pekerjaan yang cocok untuk dirinya, cocok karakteristik kerjanya, penghasilannya, kemungkinan berkembangnya dan sebagainya. Analisa kelebihan dan kekurangan serta kemungkinan-kemungkinan lain sudah mulai dilakukan. Sehingga sering dijumpai  sesorang di masa adolesense ini  keluar masuk lapangan pekerjaan dengan pertimbangan- pertimbangan hasil analisanya. Yang jelas ia sudah siap memasuki fase dewasa awal.(marsiman)

                       

Post a Comment

0 Comments